![]() |
Enceng Gondok |
Tulisan ini merupakan sebuah tanggapan atas berita yang disiarkan oleh Metro TV dalam acaranya “Tiga60 (3.60)″ beberapa waktu lalu, di mana dalam acara tersebut diungkapkan bahwa telah tumbuh dan berkembang tanaman berbahaya yang justru akan merusak populasi flora dan fauna di Indonesia, salah satunya tanaman enceng gondok yang dianggap sampah bagi tanaman padi bahkan sebagai perusak ekosistem rawa, danau dan perairan di Indonesia. Alasannya karena tanaman ini begitu mudah berkembang dan sulit dimusnahkan. Selain alasan tersebut berdasarkan pengamatan memang enceng gondok telah menutup danau-danau di Jakarta yang pada akhirnya terjadi pendangkalan danau serta berkurangnya spesien hewan di perairan tersebut.
Enceng gondok, dengan basa latinnya Eichhornia crassipes dan menurut Wikimedia.org “Eichhornia
crassipes, commonly known as Common Water Hyacinth, is an aquatic plant
native to the Amazon basin, and is often considered a highly
problematic invasive species outside its native range”, bahasa
kasarnya bahwa tanaman enceng gondok adalah spesies tanaman perairan
yang berasal dari perairan lembah Amazon di mana keberadaannya menjadi
problem yang dapat merusak keberadaan spesies lain.
Pernyataan ini sebenarnya memang
tidak dapat dipandang sebelah mata, dalam tanda kutip jika tanaman ini
dibiarkan liar dan tidak dimanfaatkan. Akan tetapi gejala perusakan
spesies lain karena enceng gondok sebenarnya tidak perlu menjadi
kekhawatiran apabila kita selaku pemilik kreatifitas mau memanfaatkannya
sebagai sumber penghasilan, dijadikan komoditi kreatif dan menjadi
sumber energi alternatif (biomethan) yang dihasilkan dari enceng gondong
ini.
Seperti halnya yang dilakukan
sebagian masyarakat yang memanfaatkan tanaman gulma ini sebagai barang
kreasi berupa anyaman, bentuknya bisa berupa tas, dompet dan
pernak-pernik kerajinan lain yang dihasilkan oleh tanaman yang dianggap
pengganggu.
Selain menjadikan enceng gondok
sebagai benda kerajinan, jika kita mau memperhatikan pola prilaku salah
satu hewan air tawar, yaitu lele dumbo, di mana hewan ini sangat buas
dan terbukti menyukai tanaman ini, apalagi jika hewan air ini dalam
kondisi yang sangat lapar. Otomatis tidak membutuhkan waktu lama untuk
melahap spesies penggangu tanaman padi ini. Pendapat ini berdasarkan
pengalaman saya manakala ketika saya sedikit terlambat memberikan umpan
pada lele dumbo tersebut, tanpa komando semua enceng gondok dilahap oleh
hewan yang cenderung doyan makan ini.
Fakta ini merupakan salah satu
alternatif penghancuran atau pemanfaatan tanaman yang oleh beberapa
media dan pemerintah serta petani sebagai salah satu tanaman yang sulit
dibasmi lantaran begitu mudahnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Bahkan mendapatkan julukan spesies invasif yang selalu membuat masalah
bagi manusia.
Jika kita merujuk identifikasi
atas karakteristik behaviour enceng ini tentu saja sedikit banyak
membuka pemahaman kita bahwa tanaman yang dianggap gulma, pengganggu
serta perusak ini amat sangat bermanfaat apabila dimanfaatkan dengan
cara yang benar, apalagi sebagai masyarakat yang hidup disepanjang
perairan baik danau maupun sungainya tentu saja persoalan ini harus
diselesaikan dengan cara yang konstruktif dan tidak menjadikannya
masalah yang berlarut-larut. Seperti halnya tertutup dan tertimbunnya
beberapa danau di Jakarta yang mengakibatkan terjadinya pendangkalan dan
berkurangnya spesies ikan di dalamnya. Imbasnya masyarakat pun
mengalami kesulitan jika hendak memanfaatkan air serta ikannya karena
tertutup gulma ini.
Permasalahan enceng gondok akan
menjadi berkah tatkala masyarakat Indonesia khususnya penentu kebijakan
publik melakukan langkah konkrit namun bermanfaat dengan memanfaatkan
enceng gondok menjadi bahan layak jual dan layak pakai dengan memberikan
banyak pelatihan bagi masyarakat miskin di kota besar maupun perdesaan
dengan harapan masyarakat semakin sadar bahwa ada banyak potensi yang
dapat dikembangkan dari tanaman gulma di sekitarnya.
Salam
Pertama kali dipublish di :
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/10/12/sumber-bencana-pun-bisa-jadi-berkah-598026.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar