Senin, 16 Juni 2014

Enceng Gondok: Sumber Bencana Bisa Jadi Berkah

Enceng Gondok

Tulisan ini merupakan sebuah tanggapan atas berita yang disiarkan oleh Metro TV dalam acaranya “Tiga60 (3.60)″ beberapa waktu lalu, di mana dalam acara tersebut diungkapkan bahwa telah tumbuh dan berkembang tanaman berbahaya yang justru akan merusak populasi flora dan fauna di Indonesia, salah satunya tanaman enceng gondok yang dianggap sampah bagi tanaman padi bahkan sebagai perusak ekosistem rawa, danau dan perairan di Indonesia. Alasannya karena tanaman ini begitu mudah berkembang dan sulit dimusnahkan. Selain alasan tersebut berdasarkan pengamatan memang enceng gondok telah menutup danau-danau di Jakarta yang pada akhirnya terjadi pendangkalan danau serta berkurangnya spesien hewan di perairan tersebut.

Enceng gondok, dengan basa latinnya Eichhornia crassipes dan menurut Wikimedia.org “Eichhornia crassipes, commonly known as Common Water Hyacinth, is an aquatic plant native to the Amazon basin, and is often considered a highly problematic invasive species outside its native range”, bahasa kasarnya bahwa tanaman enceng gondok adalah spesies tanaman perairan yang berasal dari perairan lembah Amazon di mana keberadaannya menjadi problem yang dapat merusak keberadaan spesies lain.

Pernyataan ini sebenarnya memang tidak dapat dipandang sebelah mata, dalam tanda kutip jika tanaman ini dibiarkan liar dan tidak dimanfaatkan. Akan tetapi gejala perusakan spesies lain karena enceng gondok sebenarnya tidak perlu menjadi kekhawatiran apabila kita selaku pemilik kreatifitas mau memanfaatkannya sebagai sumber penghasilan, dijadikan komoditi kreatif dan menjadi sumber energi alternatif (biomethan) yang dihasilkan dari enceng gondong ini.

Seperti halnya yang dilakukan sebagian masyarakat yang memanfaatkan tanaman gulma ini sebagai barang kreasi berupa anyaman, bentuknya bisa berupa tas, dompet dan pernak-pernik kerajinan lain yang dihasilkan oleh tanaman yang dianggap pengganggu.

Selain menjadikan enceng gondok sebagai benda kerajinan, jika kita mau memperhatikan pola prilaku salah satu hewan air tawar, yaitu lele dumbo, di mana hewan ini sangat buas dan terbukti menyukai tanaman ini, apalagi jika hewan air ini dalam kondisi yang sangat lapar. Otomatis tidak membutuhkan waktu lama untuk melahap spesies penggangu tanaman padi ini. Pendapat ini berdasarkan pengalaman saya manakala ketika saya sedikit terlambat memberikan umpan pada lele dumbo tersebut, tanpa komando semua enceng gondok dilahap oleh hewan yang cenderung doyan makan ini.

Fakta ini merupakan salah satu alternatif penghancuran atau pemanfaatan tanaman yang oleh beberapa media dan pemerintah serta petani sebagai salah satu tanaman yang sulit dibasmi lantaran begitu mudahnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Bahkan mendapatkan julukan spesies invasif yang selalu membuat masalah bagi manusia.

Jika kita merujuk identifikasi atas karakteristik behaviour enceng ini tentu saja sedikit banyak membuka pemahaman kita bahwa tanaman yang dianggap gulma, pengganggu serta perusak ini amat sangat bermanfaat apabila dimanfaatkan dengan cara yang benar, apalagi sebagai masyarakat yang hidup disepanjang perairan baik danau maupun sungainya tentu saja persoalan ini harus diselesaikan dengan cara yang konstruktif dan tidak menjadikannya masalah yang berlarut-larut. Seperti halnya tertutup dan tertimbunnya beberapa danau di Jakarta yang mengakibatkan terjadinya pendangkalan dan berkurangnya spesies ikan di dalamnya. Imbasnya masyarakat pun mengalami kesulitan jika hendak memanfaatkan air serta ikannya karena tertutup gulma ini.

Permasalahan enceng gondok akan menjadi berkah tatkala masyarakat Indonesia khususnya penentu kebijakan publik melakukan langkah konkrit namun bermanfaat dengan memanfaatkan enceng gondok menjadi bahan layak jual dan layak pakai dengan memberikan banyak pelatihan bagi masyarakat miskin di kota besar maupun perdesaan dengan harapan masyarakat semakin sadar bahwa ada banyak potensi yang dapat dikembangkan dari tanaman gulma di sekitarnya.

Salam

Pertama kali dipublish di :

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/10/12/sumber-bencana-pun-bisa-jadi-berkah-598026.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar