Senin, 16 Juni 2014

Bagaimana Mengelola Sampah?



Di sana-sini, baik di pusat keramaian maupun di jalan-jalan sepi sekalipun masih ada saja sampah yang bertebaran, tidak saja ulah penduduk setempat yang sudah terbiasa membuang sampah akan tetapi ada juga pemudik dari luar kota yang dengan seenaknya membuang sampah. Kejadian ini sudah menjadi pemandangan yang amat umum di seantero wilayah negara kita, bahkan jika mau menelusuri sampai ke pusat pemerintahan sekalipun persoalan sampah masih saja merepotkan.

Kenapa sampah begitu sangat menyiksa, padahal kita tahu semua orang pastilah menghasilkan sampah baik sampah organik maupun sampah non organik yang tentu saja setiap hari akan keluar dari rumah kita. Selain itu memang budaya orang Indonesia suka membuang-buang sesuatu yang semestinya bisa dimanfaatkan. Tapi memang kebiasaan ini sepertinya sudah turun temurun. Tidak saja masyarakat tak terpelajar masyarakat berpendidikan tinggi juga masih suka membuat sampah.

Jika kita menengok persoalan sampah di sekitar kita-tidak perlu jauh-jauh mengamati sampah di Ibukota-di tempat kita sendiri yang notabene adalah kawasan kota kecil bahkan perkampungan seakan-akan sampah ini banyak menghabiskan biaya negara akan tetapi tidak kunjung diselesaikan.

Jaman dahulu, sebelum adanya aturan tentang peringatan mengenai global warming bahwa kita dilarang membakar sampah dengan alasan asap akan mencemari udara tapi mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat seakan-akan membakar sampah adalah hal biasa. Di mana pun perkampungan ada saja lubang sampah di dekat rumah dengan tujuan mengumpulkan sampah kemudian dibakar agar sampah tidak menumpuk, tapi ternyata cara ini tempo dulu masih efektif karena memang tidak ada lagi sampah yang menumpuk seperti sekarang seakan-akan sampah seperti gunung yang siap meledak karena tidak pernah dijamah dan dimanfatkan secara profesional.

Jika melihat fenomena tersebut, mungkin ada benarnya membakar sampah; jika sampah itu di wilayah yang masih amat jarang penduduknya (diperkampungan) karena memang alat untuk mengolah sampah khususnya non organik belum tersedia jadi membakar sampah sangat efektif mengurangi penumpukan sampah.

Akan tetapi jika di daerah perkotaan yang notabene kepadatan penduduk amat rapat pembakaran sampah akan sangat mencemari udara di sekitarnya akan tetapi menumpuk-numpuk sampah tanpa penangannya yang benar justru akan menjadi bom waktu yang justru akan menjadi masalah yang berkepanjangan seperti timbulnya bermacam-macam penyakit, bencana longsor sampah, serta pencemaran tanah dan air akibat limbah bercampur sampah yang menumpuk.

Proses penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir sebenarnya justru tidak akan mengurangi persoalan sampah akan tetapi justru akan menambah masalah baru. Apalagi jika kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat tidak tersentuh hukum, karena jika menanti kesadaran sepertinya amat sulit mendapatkan kesadaran masyarakat akan bahaya sampah.

Lalu, bagaimana pemerintah memberikan solusi konkrit tapi murah mengingat sampah setiap hari semakin bertambah?

1. Memberikan penyuluhan yang bersifat kontinyu, tidak hanya lewat media iklan akan tetapi pada forum-forum tingkat RT sekalipun semestinya digalakkan.

2. Memberikan fasilitas kotak sampah gratis untuk tiap rumah di mana kota sampah itu sekaligus memisahkan sampah organik dan sampah non organik yang saat ini masih tersedia di lembaga-lembaga pendidikan saja tapi tidak menyentuh ke rumah-rumah penduduk.

3. Menyediakan mesin penghancur sederhana untuk jenis plastik dan kaca “contoh di Amerika” di setiap wilayah Kota / Kabupaten  yang tentu saja memang ini membutuhkan biaya yang amat mahal.

4. Memberikan training / pelatihan cara mengelola sampah menjadi benda-benda layak pakai atau layak jual seperti pembuatan kompos, dan benda-benda kreatif yang layak jual, dan ini tentu saja harus dipersiapkan pula wadah menampung hasil karya mereka. Kegiatan ini tentu saja harus mengikut sertakan mahasiswa agar mereka dapat terjun langsung mengelola masyarakat.

5.Pemerintah memiliki lembaga yang khusus membeli sampah-sampah layak beli (seperti plastik, kertas, kaleng, kaca) sehingga menjadi income bagi masyarakat sekaligus mereka akan tergerak untuk menjaga lingkungan dari sampah. Karena selama ini hanya orang-orang tertentu (pemulung) yang mau mengorek-ngorek sampah di TPA padahal kondisi sampah sudah menumpuk. Jika ada pihak suasta yang mau membeli mereka cenderung membeli dengan harga murah padahal jika dilihat barangnya semua sampah tersebut bernilai tinggi.

5. Jika kelima strategi atau cara tersebut sudah dilaksanakan tapi ternyata masih ada saja sampah yang berserakan maka undang-undang / hukum yang mengadili pembuang sampah sembarang harus segera dibuat andaikan sudah ada harus diperketat karena akibatnya masyarakat yang bandel akan tersadar bahwa apa yang mereka lakukan dengan membuang sampah adalah melanggar hukum dengan ancaman yang berat.

Dengan menggunakan strategi di atas pemerintah akan memperoleh keuntungan:

1. Sampah akan berharga sehingga tanpa dipaksapun kalau mengerti nilai jual sampah masyarakat akan selalu mengumpulkan sampah yang beserakan.

2. Pemerintah akan mampu menyediakan bahan baku produksi berasal dari sampah tanpa kesulitan melakukan impor seperti produksi piring, gelas dan semua produk dari kaca tinggal mengolah kembali sampah dari masyarakat sehingga akan lebih efektif.

3. Pemerintah akan mengurangi cost untuk pengelolaan sampah, seperti membayar tenaga kebersihan, pembelian kendaraan pengangkut sampah serta pencarian lahan untuk menumpuk sampah.

4. Meminimalisir penyakit di masyarakat karena lingkungan semakin bersih.

5. Masyarakat mendapatkan tambahan penghasilan dari hasil penjualan sampah layak jual sehingga secara tidak langsung akan mengurangi beban ekonomi masyarakat.

6. Masyarakat menjadi lebih kreatif, karena dengan bisa mengolah sampah secara langsung mendidik masyarakat untuk cerdas bagaimana mengatasi masalah sampah di sekitarnya.

Kalau upaya tersebut dilaksanakan dengan benar mudah-mudahan tidak ada alasan lagi untuk membakar sampah dan menumpuknya sampah di sekitar kita.

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar